Site icon Pewarta ID

KPID Jabar Gagas Literasi Media Melalui Storytelling

Image of Kpid jabar (14)

Bandung, pewarta.id  – Di tengah derasnya arus digitalisasi dan banjir konten daring, Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Barat menggagas pendekatan literasi media yang menyentuh akar: anak-anak dan orang tua. Bertempat di SD Plus Baiturrahman, Kota Bandung, kegiatan storytelling menjadi medium edukatif yang menggugah kesadaran akan pentingnya memilih tayangan yang sehat dan aman bagi generasi muda.

Ketua KPID Jawa Barat, Adiyana Slamet, menegaskan bahwa kolaborasi lintas Lembaga mulai dari Diskominfo, Komisi I DPRD Jabar, RSGM Unjani, hingga DKPP dan Eiger yang merupakan bentuk komitmen bersama dalam membentengi anak-anak dari dampak negatif media berbasis internet.

“Kami ingin anak-anak dan orang tuanya memahami bahwa tidak semua tontonan layak dikonsumsi. Jangan sampai anak tantrum, lalu diberi HP begitu saja. Ini sangat berbahaya karena bisa merusak kognisi mereka,” ujar Adiyana. Jumat (17/10/2025).

Ketika disinggung menyoal kualitas konten, Adiyana menegaskan, konten yang di produksi Lembaga penyiaran, jauh lebih aman dan layak disaksikan maupun di dengarkan oleh anak ketimbang konten di media berbasis internet yang sampai saat ini masih belum ada regulasi yang jelas didalamnya.

“Kalau di lembaga penyiaran ya di televisi dan radio kan sebenarnya sesungguhnya relatif aman gitu karena memang aturannya sudah jelas. Nah, problemnya yang kami khawatirkan itu ketika ibu-ibunya memberikan HP yang bebas gitu untuk anak-anaknya ini menonton. Apalagi disana belum ada aturan main yang jelas. Nah ini yang kemudian kami coba narasikan dalam storytelling,”ungkapnya.

Selain sesi storytelling, kegiatan juga dirangkai dengan pemeriksaan kesehatan gigi dan simulasi pelestarian lingkungan, memperkuat pesan bahwa literasi media tak bisa dipisahkan dari pembentukan karakter dan kepedulian sosial.

Hal senada di ungkapkan, Anggota Komisi I DPRD Jawa Barat, Sidkon Djampi. Dirinya menyambut baik inisiatif KPID yang terus berupaya di tengah keterbatasan menyelamatkan mata dan telinga anak anak bangsa dengan berbagai cara salah satunya literasi media berbasis storytelling ini.

Tidak hanya itu di tengah derasnya arus informasi di dunia digital tanpa regulasi yang jelas saat ini, pesantren dan lembaga pendidikan seperti SD Plus Baiturrahman memiliki peran vital sebagai benteng moral yang harus dijaga.

“Saya regreg, dalam arti menaruh harapan besar. Pesantren dan sekolah seperti ini adalah jalur generasi masa depan dengan akhlakul karim. Tapi 70% tanggung jawab tetap ada di orang tua,” tegas Sidkon.

Ia mengingatkan bahwa kontrol orang tua terhadap konsumsi media anak-anak harus menjadi prioritas, terlebih di era di mana konten digital begitu mudah diakses tanpa filter.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala SD Plus Baiturrahman, Dini Anggini, menyampaikan rasa bangga atas dipilihnya sekolahnya sebagai lokasi kegiatan. Menurutnya, tantangan pendidikan saat ini bukan hanya akademik, tetapi juga pembentukan karakter.

“Kami sangat terbantu dengan kehadiran KPID. Literasi adalah PR besar yang tak bisa diselesaikan sendiri. Harus ada kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan masyarakat,” ungkap Dini.

Ia berharap kegiatan storytelling ini menjadi pemantik semangat membaca dan berpikir kritis bagi siswa, guru, dan seluruh pemangku kepentingan pendidikan.[gpwk]

Facebook Comments Box
Exit mobile version