Site icon Pewarta ID

Lewat KWT Berlian, Desa Jalatrang Tekan Pengeluaran Warga Rp72 Juta per Bulan: Produktif dari Pekarangan Sendiri

Image of Kwt jalatrang (8)

CIAMIS, pewarta.id – Inovasi Pemerintah Desa Jalatrang, Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis, dalam menggerakkan ketahanan pangan terbukti berhasil menekan pengeluaran warganya hingga puluhan juta rupiah setiap bulan.
Melalui tangan-tangan kreatif para perempuan desa yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Berlian, pekarangan rumah kini berubah menjadi lahan produktif yang menghasilkan bawang merah, cabai rawit, dan tomat.

Kepala Desa Jalatrang, Dadi Haryadi, menjelaskan, program ini berawal dari survei kebutuhan pokok rumah tangga. Dari hasil pendataan terhadap sekitar 1.000 kepala keluarga, ditemukan fakta bahwa masyarakat mengeluarkan sekitar Rp72 juta per bulan hanya untuk membeli tiga bumbu dapur tersebut.

“Dari situ kami berpikir bagaimana caranya agar uang sebanyak itu tidak terus keluar dari desa. Maka lahirlah program ketahanan pangan berbasis pekarangan,” ungkap Dadi saat ditemui di Kampung Bungur, Senin (13/10/2025).

Program yang mulai dijalankan sejak tahun 2023 ini dibiayai melalui Dana Desa, dengan pola bantuan langsung berupa 20 polybag berisi bibit bawang merah, cabai rawit, dan tomat untuk setiap rumah tangga penerima. Dari total 2.100 rumah di Desa Jalatrang, sekitar 1.000 rumah telah berpartisipasi dalam tahap awal pelaksanaan.

Masyarakat pun menyambut antusias. Pekarangan rumah yang dulu kosong kini disulap menjadi kebun mini yang tidak hanya memperindah lingkungan, tapi juga memenuhi kebutuhan dapur harian tanpa harus ke pasar.

“Yang paling penting bukan hanya soal hasil panen, tapi tumbuhnya kesadaran warga untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Ada kebanggaan tersendiri ketika bisa memetik hasil dari halaman rumah,” tutur Dadi.

Kini, hasil program mulai terlihat. Sebagian warga sudah dua kali panen dan kembali menanam untuk siklus berikutnya. Meski belum masuk tahap komersial, pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan dapur turun drastis.

“Banyak ibu-ibu yang sekarang tidak perlu lagi beli cabai atau tomat ke pasar. Ini bentuk kemandirian kecil tapi dampaknya besar,” ujarnya.

Menurut Dadi, nilai strategis program ini bukan sekadar hasil pertanian, melainkan perubahan perilaku masyarakat dari konsumtif menjadi produktif. Pola pikir baru ini, kata dia, merupakan fondasi penting menuju kedaulatan pangan yang berkelanjutan.

Dengan pendekatan yang sederhana dan berbasis partisipasi warga, Desa Jalatrang kini menjadi salah satu contoh sukses penerapan kedaulatan pangan di tingkat desa.

“Langkah kecil dari pekarangan rumah ini mudah-mudahan menjadi inspirasi bagi desa lain. Karena sejatinya, ketahanan pangan nasional dimulai dari rumah,” pungkas Dadi.

Pelaksanaan program juga didukung penuh oleh KWT Berlian yang menjadi mitra teknis di lapangan. Para anggota KWT bertugas menyiapkan bibit, menyemai, dan menyalurkan polybag ke rumah-rumah warga.

Ketua KWT Berlian, Aam Amirah, mengatakan pihaknya diberi kepercayaan penuh oleh pemerintah desa untuk memastikan setiap bibit yang ditanam memiliki kualitas terbaik.

“Kami menyemai sendiri semua bibit agar tanaman tumbuh seragam dan sehat. Setelah itu, polybag kami distribusikan langsung ke warga,” jelasnya.

Tanpa seremoni dan tanpa panen raya, warga Jalatrang kini menikmati hasil kerja keras mereka sendiri. Sebagian hasil panen dikonsumsi, sebagian lagi ditanam kembali untuk menjaga kesinambungan pasokan pangan rumah tangga.***

Facebook Comments Box
Exit mobile version