Bandung — Stunting atau yang sering disebut kerdilatau pendek adalah kondisi gagal tu.buh pada anak berusia dibawah 5 tahun (balita) ajibat kekurangan gizi kronis dan ifeksi berulang terutama pada periode 1.000 hari pertama kehidupan(HPK) yaitu dari janin anak berusia 23 bulan, anak tergolong stunting apabila panjang atau ti ggi badannya berada dibawah minus 2 standar deviasi panjang atau tinggi anak sumurannya. (4/02/2022).
Prnyebab terjadinya stunting diantaranya adalah cara pengasuhan yang kurang baik, terbatasnya layanan kesehatan, kurangnya akses rumah tangga/keluarga terhadap makanan yang bergizi, dan kurangnya akses terhadap air yang kurang bersih.
Stunting juga di oerkirakan akan menaik setelah adanya pandemi covid 19, untuk itu pemerintah provinsi jawa barat menggelar rapat kerja dengan para stackholder untuk mencegah perceparan stunting agar jumlah stunting dijawa barat terus menurun angkanya, rapat kerja terswbut di hadiri langsung oleh wakil gubernur uu ruzanul ulim serta dibuka oleh kepala bappeda jawa barat Dr. Ir Ferry sofwan Arif, M.Si yang bertempat di gedung sate bandung.
Adapun perangkat daerah dan jnstansi vertikal pun mengikuti rapat kerja tersebut diantaranya kepala BKKBN jawa barat, kepala Dinas DP3AKB ibu kim, ketua pokja IV TPPKK sekaligus sekertaris dinas DP3AKB dr. Siska gerfianti, serta dinas lainnya, selain itu pemerintah provinsi jawa barat pun mengundang para akademisi yakni Rektor universitas sejawa barat dan para awak media,
Dalam paparannya kepala bappeda jawa barat Ferry menuturkan “stunting bisa dicegah dengan melibatkan akademisi dan 5K yaitu
1. Konsep prnangulangan yang baik
2. Kolabirasi seluruh stackeholder pembangunan
3. Komitmen yang kuat
4. Konsistensi dalam berbagai program dan aktivitas
5.kontinyu (berkelanjutan) dalam melakukan monitoring atau pengawasan dan evaluasi.
Maka dengan upaya menjalankan 5K secara tepat stunting akan menurun”, tuturnya.
Wakil gubernur jawa barat juga angkat bicara mengenai tingginya angka stunting yang melanda negeri ini, dikatakan uu falam rapat jerja “tidak ada Super Man akan tetapi Super Team. Untuk itu dalam pencegahan stunting di jawa barat ada keterkaitan dengan para perguruan tinggi dalam hal ikut serta membantu dalam advokasinya”, ungkapnya.
“Para akademis bisa melakukan pencegahan stunting dengan cara melaksanakan seminar seminar atau pelatihan keoada masyarakat dengan memberikan prmahaman bagaimana cara mencegah stunting, begitupun para media bisa menginformasikan arau menyampaikan pemberitaan kepada masyarakat tentang pemahaman dan pencegahan stunting”, pungkas uu.
Kepala dinas DP3AKB saat kami temui menuturkan bahwa “memang betul dalam pencegahan stunting perlu sekali para akademisi dan para stackholder lainnya dilibatkan karena pemerintah pun tidak bisa bekerja dengan sendirinya akan tetapi harus dibantu dengan pihak lain”. Ujarnya
Ketua pokja IV TPPKK sekaligus sekertaris DP3AKB dokter siska yang akrao disapa doksis pun ikut menyuarakan pendapatnya kepada tim “langkah kerja kedeoqn dengan menggunakan sistem pentahelik yang didalamnya terdapat ABCGM yang kita kenal akan lebih efektif lebih dancepat dalam bekerja, seperti yang diungkapkan pa wagub mengenai tidak Superman akan tetapi Super team ini lah yang dimaksud beliau bahwa dengan bersatu dan saling bergandengan kita suarakan untuk cegah stunting di jawa barat untuk jabar juara”, tandasnya.
Untuk itu pemerintah jawa barat berkonsentrasi pada masalah stunting ini karena masyarakat jawa barat tidak ingin mempunyai keturunan yang lrmah gizi, lemah ekonomi dan lainnya masyarakat jawa barat harus kuat dalam semuanya baik dalam kesehatan maupun dalam pertumbuhan ekonominya. (Kang Zhoen)