TASIKMALAYA, pewarta.id – Akibat dua ruang kelas SDN Sinagar, Desa Sindangasih, Kecamatan Cikatomas, Kabupaten Tasikmalaya. Ambruk pada tahun 2019 silam, sedangkan untuk 4 kelas lainnya terancam ambruk.
Terpaksa Siswa siswinya belajar di bawa tenda bambu yang dibangun inisiatif orang tua murid, bangunan gubuk itu sementara mengunakan bambu dan kayu untuk belajar mengajar kepada siswa.
Saat ini warga membangun 3 kelas tersebut didominasi gunakan bambu dan kayu, sedangkan untuk dibagian atas memakai genting, meski belum rampung pembangunan kelas sdn tersebut sudah berdiri kokoh, rencananya di bagian dindingnya akan di pasang terpal dan siap di pakai oleh para siswa hari senin besok.
3 bangunan sekolah sementara ini bentuk kekompakan warga dan orang tua murid, lantaran khawatir saat para siswa sedang belajar ketika turun hujan bangunan sekolah ambruk menimpa guru dan para siswa.
“saya lagi bikin ruangan sekolah (gubuk) buat belajar anak – anak sd, karena kalau ruangan sekolah ambruk seperti itu kami sebagai orang tua khawatir. Bisa dibayangkan ketika anak – anak sedang belajar bangunan ambruk bagaimana,” kata wawan orang tua murid sdn sinagar, sabtu (8/10/2022).
Pembangunan ruangan sekolah sementara ini dananya murani hasil swadaya orang tua murid dan masyarakat, bentuk kepedulian warga terhadap para siswa agar belajarnya nyaman.
“seengganya kan kalau di bangunin bangunan sementara ini paling engga para siswa bisa nyaman saat belajar. Lantaran saya sering melihat langsung karena rumahnya dekat dengan sekolah tersebut, ketika turun hujan para siswa berhamburan keluar dan dipulangkan. Lihat saja pak masa bangunan seperti itu dipake terus untuk belajar, sudah lama kondisi bangunan seperti ini sejak 2018,” ucapnya.
Sementara itu, Tedi Ruslan Kepala Desa Sindangasih Kecamatan Cikatomas menjelaskan, ini adalah sebagai bentuk dari kesimpatian warga dan juga bentuk tanggung jawab pemerintah desa bersama orang tua murid, karena kekhawatiaran dengan kondisi sekolah sdn sinagar yang saat ini terancam ambruk.
“jadi dalam proses belajar, mengajar, untuk mencapai pintar tidak akan terjadi, karena tidak ada ketenangan dan ketentraman dalam masa proses belajar mengajar,” ungkapnya.
Masih di jelaskan, saat proses belajar mengajar dan turun hujan, bukan hanya orang tua murid yang sangat ketakutan, untuk memberangkatkan anak ke sekolah. Tapi para guru pengajar pun merasa risau merasa tidak aman untuk melakukan prose belajar mengajar.
“dengan adanya hal itu, maka orang tua murid dan masyarakat mengadakan musyawarah di kantor desa, karena ini bukan insiatif sekolah juga. Tetapi pemerintahan desa bersama orang tua murid membangun kelas sementara dan baru berdiri 3 kelas,” katanya.
Menurutnya, karena sebelumnya pun kalau misalkan ada fasilitas lain yang bisa digunakan agar lebih aman dan tenang, sudah di tinggalkan kelas yang terancam ambruk tersebut.
“namun kemarin ada dua kelas yang di pakai karena ada keterdesakan, sekali pun turun hujan tetap saja dievukawasi para siswa tersebut ke mushalla dan tempat yang biasa digunakan untuk panggung jikalau ada acara sekolah,” ujarnya
Meski begitu belajarnya silih bergantian, sehingga epektivitas belajar pun itu sudah terganggu. Pengajuan untuk perbaikan sudah di lakukan oleh para guru melalui dapodik.
Berharap ini menjadi prioritas utama sdn sinagar dan sdn yang lain dengan kondisi yang sama itu mohon diperhatikan oleh dinas terkait dan intansi terkait, untuk mengambil kebijakan dan keputusan,” pungkasnya.( abi/ast).