CIAMIS. Pewarta.id – Sebanyak 47 orang mahasiswa dari Fakultas Filsafat Universitas Katolik Parahyangan Bandung mengunjungi Kampung Kerukunan yang terletak di Kampung Lebak, Kelurahan Ciamis, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Didampingi oleh sejumlah dosen, para mahasiswa bermaksud melengkapi kajian mereka tentang dinamika sosial yang terjadi di masyarakat.
Secara khusus, dalam kunjungan ke Kampung Kerukunan ini, para mahasiswa menyaksikan dan berinteraksi secara langsung dengan warga lintas agama yang hidup berdampingan.
Para mahasiswa ini tak hanya mengunjungi rumah-rumah ibadah di Kampung Kerukunan, juga menyaksikan langsung kolaborasi seni budaya lintas agama, antara Gamelan Kontemporer Muslim Ki Pamanah Rasa dan kelompok Angklung Silih Asih Gereja Katolik.
Kegiatan yang dilaksanakan di aula Gereja Katolik Santo Yohanes Ciamis berlansung penuh kegembiraan dan sukacita terlebih ketika para mahasiswa mendapatkan warna kearifan lokal melalui kaulinan rakyat yang dimainkan bersama-sama.
Dalam kesempatan itu pula, Sakola Motékar yang dipimpin oleh Deni WJ turut memberikan pengalaman dan wawasan kebudayaan lewat “kaulinan baheula” atau permainan jaman dulu.
Salah satu mahasiswa semester 6 Fakultas Filsafat Unpar Samuel Krisna mengatakan, kami sangat kagum dengan keberadaan kampung toleransi yang di mana berdiri berbagai tempat ibadah yang berdampingan, masyarakatnya hidup rukun berdampingan.
“Masyarakat disini membuktikan kerukunan sejati bahkan budaya pun tumbuh dengan baik, dengan permainan tradisional ini bisa mempersatukan, anak-anak tertawa bersama tanpa melihat suku, agama, dan ras.”kata Samuel Sabtu (12/8/2023).
Sementara Willfridus Demetrius Siga, Dosen pendamping mengatakan, tak hanya persaudaraan menyatukan masyarakat di Kampung Lebak Ciamis Ini, namun permainan tradisional juga masih dilestarikan karena mengajarkan anak-anak tentang kebersamaan, lebih mengenal satu dengan yang lain dan tidak terjebak pada permainan di gawai.
“Ini baik sekali untuk para mahasiswa karena memberikan wawasan bahwa dialog antar agama itu tidak selalu berupa diskursus atau dialog lisan, namun juga diwujudkan dalam kolaborasi seni budaya. Harapannya para mahasiswa belajar tentang dinamika pluralisme agama yang konkret, yang memiliki berbagai bentuk. Seni budaya ternyata dapat mendukung terciptanya kerukunan antarumat beragama.” Ungkap Willfridus Demetrius Siga, yang turut mendampingi para mahasiswa dalam kunjungan mahasiswanya.
Diskusi filsafat pada siang hari ini dipenuhi dengan kajian budaya, seni, kolaborasi antar umat beragama dan persaudaraan umat manusia atas apa yang dirasakan secara nyata di Ciamis.***