Kota Banjar, Pewarta.id,- Siti Sulastri, warga Dusun Gardu RT 022/007, Desa Balokang, Kecamatan Banjar, Kota Banjar, hidup di rumah nyaris roboh bersama tiga anak kecil. Rumah peninggalan orang tuanya itu kini tidak layak huni.
Pantauan Pewarta.id, Selasa (6/5/2025), menunjukkan bagian depan rumah sudah miring dan hanya ditopang kayu seadanya.
Dinding dan plafon lapuk, atap dapur jebol, dan hanya ditutup kain tipis di beberapa bagian.
“Kalau malam suka takut, takut rumahnya ambruk,” kata Siti saat ditemui di rumahnya.
Hidup Serba Terbatas
Siti tinggal bersama tiga anak yang masih kecil: satu balita, satu duduk di PAUD, dan satu lagi di kelas 2 SD.
Suaminya bekerja serabutan di luar kota. Siti tidak punya penghasilan tetap.
“Buat makan aja susah, apalagi buat benerin rumah,” ujarnya.
Rumah yang ditempatinya berdiri di atas tanah tumpang karang. Meski bukan milik pribadi, pemilik tanah sudah mengizinkan renovasi dilakukan. Namun kendala administratif jadi penghalang bantuan.
Siti mengaku sudah mengajukan bantuan rehab rumah sejak Maret lalu melalui pemerintah desa, tapi belum ada kepastian.
Sudah Diajukan ke Baznas
Kepala Desa Balokang, Idis, membenarkan bahwa pihaknya telah mengajukan permohonan bantuan rehab rumah ke Baznas Kota Banjar.
“Begitu ada laporan dari RT/RW, langsung kita tindak lanjuti dan ajukan ke Baznas,” ujar Idis.
Ketua Baznas Kota Banjar, H. Abdul Kohar, menyebut permohonan atas nama Siti sudah masuk dan sedang dalam proses verifikasi.
“Bantuan rehab rumah itu bergilir, bulan ini giliran Kecamatan Banjar. Harap bersabar,” kata Kohar.
Baznas menyediakan bantuan Rp10 juta per rumah dengan kuota maksimal 10 penerima per kecamatan tiap tahun. Semua proposal tetap harus melalui verifikasi lapangan.
Harap Cepat Terealisasi
Siti berharap rumahnya bisa segera diperbaiki. Ia hanya ingin bisa tinggal dengan aman bersama anak-anaknya.
“Enggak minta macam-macam, asal rumahnya layak buat anak-anak,” ucapnya lirih.
Masalah rumah tidak layak huni masih menjadi tantangan serius di daerah. Percepatan bantuan dan validasi data menjadi kunci agar warga seperti Siti tidak terus tinggal di bawah atap yang nyaris ambruk.***