Tasikmalaya, pewarta.id – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Tasikmalaya memastikan kondisi Industri Jasa Keuangan (IJK) di wilayah Priangan Timur tetap stabil dan terjaga hingga Agustus 2025, meskipun tekanan ekonomi nasional tetap menjadi tantangan.
Plt. Kepala OJK Tasikmalaya, Melati Usman, mengungkapkan aset perbankan tumbuh 0,85 persen secara tahunan (year on year/yoy) hingga Agustus 2025, seiring dengan peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 5,77 persen (yoy). “Deposito menjadi penopang utama dengan pertumbuhan tertinggi sebesar 8,63 persen (yoy), diikuti giro 6,53 persen dan tabungan 4,72 persen,” ujarnya.
Namun, penyaluran kredit justru mengalami kontraksi 1,59 persen (yoy). Kredit modal kerja turun paling dalam sebesar 8,31 persen, disusul kredit investasi yang terkoreksi 6,26 persen. Sementara itu, kredit konsumsi tumbuh positif sebesar 4,83 persen.
Dari sisi sektor ekonomi, kredit industri pengolahan tertekan hingga 13,32 persen (yoy). Sektor perdagangan besar dan eceran juga terkontraksi 10,89 persen, sementara sektor usaha lainnya turun 4,93 persen.
Pasar Modal Menguat: Investasi Meningkat Drastis
Sementara itu, kinerja pasar modal memperlihatkan tren positif dari berbagai indikator. Jumlah investor Surat Berharga Negara (SBN) tumbuh tertinggi sebesar 22,46 persen (yoy) atau bertambah 2.647 menjadi 14.433 investor.
Investor saham naik 21,88 persen (yoy) menjadi 181.065 investor, dan investor reksadana meningkat 7,10 persen menjadi 405.570 investor.
Peningkatan jumlah investor selaras dengan lonjakan nilai kepemilikan saham yang naik Rp405,76 miliar atau 42,61 persen (yoy) menjadi Rp1,36 triliun. Nilai transaksi saham juga melesat Rp645,10 miliar atau 122,75 persen (yoy) menjadi Rp1,17 triliun.
IKNB Campur Aduk: LKM Menurun, Modal Ventura Melejit
Pada sektor Industri Keuangan Non-Bank (IKNB), outstanding pembiayaan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) terjun 14,14 persen (yoy) menjadi Rp87,14 miliar. Sebaliknya, perusahaan pembiayaan mencatat pertumbuhan tipis 0,11 persen (yoy) menjadi Rp5,01 triliun.
Pertumbuhan signifikan tercatat pada pembiayaan perusahaan modal ventura yang naik 15,39 persen (yoy) menjadi Rp446,62 miliar.
“OJK terus mendorong penerapan manajemen risiko, tata kelola yang sehat, serta prinsip kehati-hatian guna menjaga stabilitas sistem keuangan dan melindungi kepentingan nasabah,” jelas Melati.
Lonjakan Pengaduan Konsumen: Perbankan dan Fintech Mendominasi
Selain pengawasan terhadap Lembaga Jasa Keuangan (LJK), OJK Tasikmalaya memperkuat pengawasan perilaku pelaku usaha jasa keuangan serta edukasi perlindungan konsumen (PEPK). Pemeriksaan langsung terhadap pelaku jasa keuangan terus dilakukan sepanjang 2025.
Melati mengungkapkan, pengaduan konsumen di wilayah Priangan Timur meningkat tajam hingga September 2025. “Total pengaduan mencapai 959 laporan pada Triwulan III, naik 341 laporan dibanding Triwulan II yang berjumlah 618 laporan,” ujarnya.
Dari total pengaduan, sektor perbankan mendominasi dengan 420 pengaduan atau 43,39 persen, disusul sektor financial technology (fintech) sebanyak 349 pengaduan atau 36,61 persen.
Masyarakat masih mengandalkan pengaduan tatap muka (walk-in), yakni sebanyak 816 pengaduan atau 85,36 persen. Sementara itu, pengaduan melalui surat tercatat mencapai 140 laporan atau 14,64 persen.
Permintaan Informasi SLIK Naik, Kesadaran Masyarakat Meningkat
Selain itu, permintaan Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) terus bertumbuh. Hingga September 2025, permintaan SLIK mencapai 7.164 permintaan, terdiri dari 4.685 permintaan walk-in dan 2.479 permintaan online. Kondisi ini menunjukkan meningkatnya kesadaran masyarakat dalam memahami riwayat kredit untuk membuat keputusan keuangan yang lebih bijak.
OJK Tasikmalaya menegaskan komitmennya menjaga stabilitas sektor jasa keuangan melalui pengawasan ketat, edukasi inklusif, dan perlindungan konsumen yang berkelanjutan. “Kami berharap masyarakat semakin cerdas, hati-hati, dan terhindar dari risiko keuangan yang merugikan,” pungkas Melati.