Anyaman Pandan dan Bambu Tasikmalaya Menembus Pasar Dunia, UMKM Kian Percaya Diri

Image of Binaan bi (5)

Tasikmalaya, pewarta.id – Produk kerajinan berbahan pandan, mendong, dan bambu asal Tasikmalaya terus menunjukkan daya saing di pasar internasional. Salah satunya melalui karya SK Bersaudara yang beralamat di Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, yang kini rutin mengekspor produk ke Eropa, Timur Tengah, hingga Amerika.

Pemilik SK Bersaudara, Iwan Sung, mengungkapkan bahwa pihaknya memproduksi berbagai kerajinan tangan seperti tray pandan, basket, hingga boks bambu. Produk tersebut banyak diminati karena desain yang unik serta bahan baku yang melimpah di Tasikmalaya.

“Pasar kami terbagi dua, ada yang ekspor langsung dan ada juga yang kami supply ke eksportir. Saat ini permintaan terbesar datang dari Timur Tengah, terutama untuk produk bambu,” ungkap Iwan, di stand Jayantara Priangan Timur 2025, Kamis(21/08/2025).

Menurutnya, permintaan keranjang bambu untuk kebutuhan rumah tangga, seperti laundry basket, cukup tinggi di Arab Saudi dan Qatar. Bahkan, permintaan terbaru datang dari Tiongkok yang mulai melirik produk bambu asal Tasikmalaya.

Image of Binaan bi (1)

Iwan menyebut, setiap bulan perusahaannya mampu mengirimkan satu hingga dua kontainer berisi produk kerajinan dengan berbagai desain dan ukuran. “Rata-rata 40 feet per kontainer, bisa satu jenis atau campuran produk,” jelasnya.

Baca Juga :  Viral !! Macan Tutul Masuk Perangkap Warga Ciamis

Meski bahan baku bambu masih melimpah di Tasikmalaya, Iwan mengingatkan pentingnya budidaya jangka panjang. Ia menilai pemerintah daerah maupun pusat harus menaruh perhatian pada budidaya bambu dan pandan agar kebutuhan industri tetap terjaga.

“Pengalaman sebelumnya, saat mendong booming, kita sampai harus ambil dari luar daerah. Jangan sampai bambu pun bernasib sama,” ujarnya.

Selain Timur Tengah, pasar Eropa juga masih konsisten menjadi tujuan ekspor. Namun, untuk Amerika, Iwan mengaku dua tahun terakhir mengalami penurunan pesanan. Salah satu faktornya adalah persaingan harga dan kebijakan perdagangan yang ketat.

“Permintaan tetap ada, tapi mereka minta harga turun. Kondisi ekonomi global juga berpengaruh pada daya beli,” katanya.

Di sisi lain, dukungan Bank Indonesia (BI) sangat membantu UMKM seperti SK Bersaudara. Melalui program Ekspor Coaching Program (ECP), Iwan dan sejumlah pelaku usaha mendapatkan bimbingan dan akses pameran internasional.

Baca Juga :  Bupati Ciamis Serahkan Alsintan Untuk 40 Kelompok Tani

“BI Tasikmalaya dan BI Pusat sudah banyak membantu kami. Bahkan bulan lalu kami ikut pameran Kreasi Indonesia. Dari situ permintaan produk lokal juga cukup menggembirakan,” tambahnya.

Produk SK Bersaudara dijual dengan harga beragam, mulai Rp60 ribu hingga Rp500 ribu, tergantung bahan dan desain. Kisaran harga tersebut masih kompetitif untuk pasar lokal maupun internasional.

Tantangan lain yang dihadapi UMKM adalah adanya praktik penjiplakan desain, terutama dari Tiongkok. Namun, Iwan menilai hal itu sebagai bagian dari persaingan global yang harus dijawab dengan inovasi dan kualitas.

“Dalam negeri saja sudah saling meniru. Kuncinya ada di pengelolaan sumber daya alam kita. Misalnya pandan di Vietnam sulit ditemukan, sedangkan di Indonesia tersedia. Itu keunggulan yang harus dijaga,” tegasnya.

Saat ini, SK Bersaudara terus mengembangkan desain baru untuk memenuhi permintaan pasar internasional. Dengan dukungan bahan baku lokal, kreativitas, serta program pembinaan dari pemerintah dan BI, produk anyaman Tasikmalaya diyakini mampu memperluas pangsa pasar global.

Facebook Comments Box

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *