Ciamis Rayakan Milangkala ke-16 Gong Perdamaian Dunia: “Perdamaian Menyatukan Hati”

Image of Gong

Daftar Isi

CIAMIS, pewarta.id – Suasana penuh khidmat sekaligus meriah mewarnai peringatan Milangkala ke-16 Gong Perdamaian Dunia yang digelar di Situs Bojong Galuh Karangkamulyan, Kabupaten Ciamis, Selasa (9/9/2025). Dengan mengusung tema besar “Perdamaian Menyatukan Hati”, rangkaian acara menghadirkan Kirab Kebhinekaan, Rajah Pasundan, prosesi Ngagungkeun Gong, hingga berbagai pertunjukan seni, tari, dan atraksi budaya khas Tatar Galuh.

Warisan Damai Leluhur Galuh

Bupati Ciamis, Herdiat Sunarya, dalam sambutannya menekankan bahwa masyarakat Galuh sejak dahulu kala telah memiliki tradisi luhur menjunjung perdamaian, salah satunya melalui Mupulung Rahayu yang dikenal dengan 10 perjanjian damai Galuh.

“Ini bukti bahwa masyarakat Tatar Galuh adalah masyarakat yang cinta damai. Setiap persoalan tidak boleh berujung konflik, tetapi harus diselesaikan lewat musyawarah, tanpa perselisihan,” ungkap Herdiat.

Lebih jauh, ia menegaskan bahwa nilai-nilai leluhur tersebut sangat relevan dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini.
“Kita sama-sama tahu, keamanan dan ketertiban negara sedang diuji. Karena itu mari mulai dari Ciamis, dari diri kita sendiri, untuk saling menghargai, saling menghormati, dan menjaga kedamaian. Mudah-mudahan Indonesia segera pulih, baik dari sisi ekonomi maupun keamanan,” tambahnya.

Baca Juga :  Pencurian Domba di Ciamis Terungkap! Polisi Tangkap Pelaku, 2 Masih DPO

Herdiat juga menyampaikan permohonan maaf atas ketidakhadiran Gubernur Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi, yang sebenarnya dijadwalkan hadir. “Beliau sudah bersiap terbang, tetapi kondisi cuaca tidak memungkinkan, sehingga batal menghadiri acara ini,” jelasnya.

Makna Gong Perdamaian Dunia

Sementara itu, pemrakarsa Gong Perdamaian Dunia, HM Anton Charlian, menguraikan filosofi mendalam di balik simbol tersebut. Menurutnya, gong adalah pengingat universal akan nilai kasih sayang, kedamaian, dan persaudaraan umat manusia.

“Sejak tahun 739, leluhur Sunda sudah menegaskan larangan perang saudara, dendam, dan penyerangan. Sebaliknya, mereka menekankan pentingnya musyawarah, gotong royong, dan penghormatan satu sama lain. Itulah akar dari Gong Perdamaian Dunia,” terang Anton.

Ia menambahkan, keberadaan gong di Galuh bukan tanpa alasan. “Tanah Galuh adalah tanah damai. Karena itu, setiap gong perdamaian yang dibangun di berbagai belahan dunia harus disertai tanah dari Kuta Galuh. Itu adalah simbol bahwa perdamaian Nusantara bersumber dari sini,” ujarnya.

Baca Juga :  Bupati Garut: Kemerdekaan Harus Dirasakan Lewat Kesejahteraan Nyata

Anton juga menyinggung filosofi ikat Galuh dengan bulu ayam, lambang kesatria legendaris Ciung Wanara. Meski dikenal berjiwa juang tinggi, Ciung Wanara tetap menjunjung nilai perdamaian. Filosofi ini, kata Anton, selaras dengan semangat Gong Perdamaian Dunia.

Momentum Refleksi dan Harapan Global

Peringatan Milangkala Gong Perdamaian Dunia ke-16 tidak hanya sekadar seremoni budaya, tetapi juga menjadi momentum refleksi. Nilai-nilai sejarah Galuh dipertautkan dengan kondisi kekinian, mengingat dunia masih diwarnai konflik, ketidakadilan, dan krisis kemanusiaan.

Melalui simbol gong yang diletakkan di Karangkamulyan, masyarakat diingatkan bahwa perdamaian sejati harus dimulai dari hati setiap manusia. Dari Ciamis, pesan perdamaian diharapkan bergema, meluas ke Nusantara, hingga menggema ke seluruh dunia.

Dengan semangat “Perdamaian Menyatukan Hati”, peringatan ini menjadi seruan bersama bahwa perdamaian bukan sekadar slogan, melainkan warisan, kewajiban, dan jalan hidup.(ast)

Facebook Comments Box

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *