Festival Budaya Kampung Lebak 2025: Harmoni dalam Keberagaman, Toleransi yang Mengakar

Keberagaman dalam festival budaya Kampung Lebak Ciamis
Keberagaman dalam festival budaya Kampung Lebak Ciamis

CIAMIS,PEWARTA.id- Festival Budaya Kampung Lebak 2025 kembali digelar dengan penuh semangat, bukan sekadar ajang hiburan, tetapi juga cerminan kuatnya nilai toleransi di tengah masyarakat. Di Kampung Lebak, Kabupaten Ciamis perbedaan bukan menjadi jurang pemisah, melainkan kekuatan yang menyatukan.

Di kampung ini, masjid, gereja, dan kelenteng berdiri berdampingan, menggambarkan bagaimana keberagaman budaya dan agama dapat hidup dalam harmoni.

Semangat toleransi inilah yang menjadi ruh utama festival, menghadirkan suasana penuh kebersamaan melalui seni dan budaya.

Perpaduan Dalan Festival Budaya Kampung Lebak

Festival Budaya Kampung Lebak 2025
Festival Budaya Kampung Lebak 2025

Festival ini dimeriahkan dengan berbagai pertunjukan seni tradisional yang menggambarkan kekayaan budaya Nusantara. Tari liong dan barongsai memukau penonton dengan gerakannya yang dinamis, sementara gamelan Pamanah Rasa dan angklung dari Sakola Motekar menghadirkan alunan khas Sunda yang menenangkan.

Baca Juga :  Caleg Pepi Tomy Sudrajat optimis Menang Dengan Sempurna

Lebih dari sekadar hiburan, setiap pertunjukan menjadi bukti nyata bahwa keberagaman bisa melebur dalam satu panggung yang sama.

Masyarakat dari berbagai latar belakang turut berpartisipasi, memperlihatkan bahwa seni dan budaya adalah bahasa universal yang bisa menyatukan perbedaan.

Festival yang Menumbuhkan Kesadaran Akan Toleransi

Deni Wahyu Jayadi, penggagas Sakola Motekar, menegaskan bahwa keberagaman harus lebih dari sekadar slogan.

“Di Kampung Lebak, kita tidak hanya bicara soal toleransi, tetapi benar-benar menghidupinya dalam keseharian,” ujarnya.

Menurutnya, menjaga keberagaman tidak bisa hanya menjadi tugas pemerintah. Butuh keterlibatan aktif dari masyarakat, komunitas, dan pemuka adat untuk memastikan bahwa warisan budaya terus hidup dan berkembang.

“Pelestarian budaya bukan hanya tugas generasi tua. Anak muda harus ikut terlibat agar tradisi ini tetap lestari,” tambahnya.

Baca Juga :  Nasdem Ciamis Bagikan Ratusan Bungkus Makanan Takjil Bagi Pengendara di Jalur Mudik Selatan Jabar

Tantangan dan Harapan untuk Masa Depan

Meskipun festival ini mendapat sambutan positif, tantangan tetap ada, terutama dalam menjaga kesinambungan acara agar tidak hanya menjadi perayaan tahunan tanpa dampak jangka panjang. Deni berharap festival ini bisa terus berkembang dan menjadi magnet wisata budaya, tidak hanya di tingkat lokal, tetapi juga nasional dan internasional.

“Festival ini berpotensi menjadi daya tarik wisata budaya yang menggerakkan ekonomi masyarakat. Diperlukan dukungan dari pemerintah agar event seperti ini bisa terus berlangsung dan memberi manfaat lebih luas,” katanya.

Festival Budaya Kampung Lebak bukan sekadar perayaan, tetapi juga bentuk nyata bagaimana keberagaman dapat menjadi kekuatan. Kampung Lebak telah membuktikan bahwa hidup berdampingan dalam perbedaan bukanlah hal yang mustahil.

Tinggal bagaimana masyarakat dan pemerintah bekerja sama agar pesan toleransi yang dibawa festival ini tidak hanya berhenti di atas panggung, tetapi terus mengakar dalam kehidupan sehari-hari.

Facebook Comments Box

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *