Kota Bandung, pewarta.id – Tasyakuran satu dasawarsa (10 tahun) Paguyuban Kethoprak Serayu Kridho Budoyo, akan dirayakan dengan pementasan Lakon atau cerita “Lambangsari Ngedan”, di Gedung Rumentang Siang Kota Bandung , Sabtu 6 September 2025 mulai pukul 20:00 WIB.
Pimpinan Kethoprak Serayu Kridho Budoyo (SKB) Bandung KRT. Sagino Budoyo Dipuro mengatakan, pagelaran istimewa ini menjadi tonggak peringatan dan perayaan 10 tahun paguyuban yang ia dipimpin, sebagai ungkap syukur, sekaligus evaluasi keberadaannya bagi anggota juga masyarakat pecinta seni budaya tradisional Jawa, khususnya seni pertunjukan Kethoprak Mataram.
“Sepuluh tahun ini benar – benar perjuangan bagi saya dan kawan – kawan dalam melestarikan, mengembangkan dan mewariskan seni pertunjukan kethoprak, yang memang semua mereka yang terlibat bukan pemain profesional. Namun berkat semangat dan kerjasama serta niat belajar yang tinggi, kami bisa selalu ada, bahkan bisa pentas, dengan swadana serta dukungan berbagai pihak” ungkap Sagino di Bandung, Jumat (5/9/2025).
Menurutnya, peringatan 10 tahun SKB yang kali ini bertema “Mengabdi Seni – Berbhakti Negeri” tak hanya menggelar pertunjukan Kethoprak, namun juga dirangkaikan dengan pemberian Award atau penghargaan yang dirupakan dalam bentuk ‘Anugerah Seni Budaya’.
“Mereka yang mendapat award diantaranya telah berkontribusi besar pada eksistensi seni budaya Jawa di perantauan di Bandung Raya ini, utamanya di SKB. Ada kategori pelestari, penggiat, perintis, penggerak, pelopor dan yang terkait dalam proses pelestarian, pengembangan dan pewarisan seni budaya,” kata Sagino.
Tak lupa Sagino juga mengucapkan terimakasih atas keterlibatan banyak pihak dalam menjaga keberadaan SKB sehingga masih eksis hingga kini.
“Kita ini semua orang pekerja di Bandung, jadi berkesenian selain hobi juga semangat nguri – nguri budhoyo leluhur kami. Itu yang terpenting,” katanya.
Ramelan Hadi Sutradara Kethoprak SKB menjelaskan, pada pagelaran lakon ‘Lambangsari Ngedan’ kisah yang menceritakan tentang konflik antara Kerajaan Kediri dengan Kerajaan Tanggul Angin-Angin tersebut, melibatkan lebih dari 80 orang bahkan hingga 100 orang.
“Lebih dari 80 orang yang terlibat diantaranya mulai pemain utama, pendukung, pengrawit, wiraswara, hingga panitia penyelenggara. Semua bahu – membahu sejak persiapan latihan awal, hingga gladi bersih, dan penyiapan tehnis dan panggung di lokasi,” ungkap Ramelan.
Dirinya berharap, semua runtutan kegiatan hingga saat pertunjukan berjalan lancar, dan pagelaran bukan hanya sekadar menjadi tontonan, namun juga pembelajaran akan makna sebuah tatanan, dan bisa menjadi tuntunan.
Sementara Penata Gendhing, Tasno Prakoso menyebut pihaknya telah menyiapkan serangkain gendhing standar untuk mengiringi kethoprak, termasuk yang kekinian karena dalam pertunjukannya nanti ada segmen dagelan/ guyonan atau banyolan.
“Kalau gendhing kita standar yang dimainkan oleh Paguyuban Karawitan Serayu Krida Laras. Namun juga disiapkan yang kekinian karena biasanya saat dagelan/ humornya, biasanya ada interaksi dengan penonton, sekaligus untuk membuat suasana tidak kaku dan tetap menghibur,” kata Tasno.
Baik Sagino, Ramelan Hadi dan Tasno serta semua yang terlibat dalam pentas kali ini berharap dilancarkan dan diapresiasi penonton. Untuk diketahui, sebelum pagelaran kethoprak dimulai ada serangkaian seremoni singkat.
“Pagelaran Lakon Lambangsari Ngedan di Gedung Rumentang Siang Bandung pada Sabtu 06 September mulai 20:00 WIB ini, terbuka untuk umum dan gratis, tanpa dipungut tiket,” pungkas KRT. Sagino Budoyo Dipuro. [gpwk_ast]