CIAMIS,PEWARTA.id- Pada pagi yang cerah tanggal 28 Oktober, Pondok Pesantren Darussalam Ciamis dipenuhi oleh suasana yang penuh kehangatan dan toleransi.
Sebanyak 114 siswa dan siswi dari SMA Katolik Santo Yakobus Jakarta hadir di pesantren tersebut, bergabung dalam kuliah subuh bersama para santri tingkat Madrasah Aliyah. Kegiatan ini adalah bagian dari acara bertema “Dulur Sabangsa” yang mengusung Ekskursi Kebhinnekaan.
Di bawah bimbingan K.H. Dr. Fadlil Munawwar Manshur kuliah subuh diisi dengan pesan-pesan mendalam tentang nilai-nilai pendidikan yang dipegang teguh oleh Pesantren Darussalam.
Dengan visi “Muslim Moderat, Mukmin Demokrat, Muhsin Diplomat”, ia mengajak para peserta untuk memahami Tri Jiwa Pesantren yang mencakup aspek keadaban, keilmuan, dan kepemimpinan.
Ini menjadi kesempatan unik bagi para peserta yang sebagian besar berasal dari latar belakang berbeda untuk mengenal nilai-nilai yang ditanamkan dalam lingkungan pesantren.
Keberagaman terlihat nyata saat semua siswi tamu dari Jakarta yang berasal dari latar belakang Katolik dan Protestan mengenakan hijab selama kuliah subuh.
Sebagai simbol penghormatan terhadap tradisi pesantren, mereka berpartisipasi tanpa ragu, mencerminkan semangat toleransi yang kuat.
Leyla Zahrah Mardhiyah, seorang siswi SMA Katolik Santo Yakobus yang beragama Islam, mengungkapkan.
“Kami di sekolah Katolik sudah terbiasa belajar dari berbagai agama. Ini pengalaman yang memperkuat semangat kebersamaan,” kata dia.
Tidak hanya berhenti di kuliah subuh, rangkaian kegiatan dilanjutkan dengan upacara bendera dalam peringatan Hari Sumpah Pemuda, pengenalan metode pembelajaran pesantren, serta kelas interaktif bersama para santri.
Malam persaudaraan yang diadakan kemudian, diisi dengan berbagai penampilan bertema persatuan, semakin menguatkan ikatan di antara peserta.
Dr. Ahmad Nabil Athoillah, salah satu tokoh muda di Pondok Pesantren Darussalam, mengapresiasi kunjungan tersebut.
Ia menilai kegiatan ini sebagai langkah positif dalam membangun jembatan pemahaman antar generasi muda dari berbagai latar belakang agama.
“Kita harapkan kegiatan seperti ini terus berlanjut, agar semakin banyak pemuda yang merajut persaudaraan dan memahami satu sama lain,” katanya.
Kegiatan Ekskursi Kebhinnekaan ini menjadi cermin bahwa perbedaan tidak menghalangi terjalinnya kebersamaan.
Melalui dialog yang terbuka dan interaksi yang hangat, generasi muda dapat belajar untuk saling menghormati, mempererat persatuan, dan berkontribusi pada terciptanya masyarakat yang lebih harmonis.
“Harapan besar mengiringi kegiatan ini agar semakin banyak inisiatif yang menyatukan pemuda dari latar belakang berbeda, demi masa depan Indonesia yang inklusif dan toleran,” pungkasnya.